Pada
akhir bulan Dzulqo’dah 1436H yang bertepatan dengan 13 September 2015 yang akan
datang, ijtimak toposentris (referensi Jakarta) akan terjadi pada jam 15:13
WIB. Kemudian, pada saat maghrib (pukul 17:51), Bulan akan berada pada posisi
yang sangat rendah, hanya sekitar 0.7 derajat. Jika Departemen Agama RI masih
konsisten mengadopsi kriteria imkan-rukyat (IR) MABIMS 2-3-8, sebaiknya
Departemen Agama tidak usah menyebar perukyat untuk merukyat hilal di tanah air.
Bulan juga akan tenggelam hanya sekitar 3 menit setelah maghrib sehingga hampir
mustahil para perukyat akan dapat merukyat hilal. Apalagi sudut elongasinya hanya
sekitar 1.5 derajat, dan ketebalan hilal nyaris 0 menit. Namun harus diingat
bahwa hilal sejak ijtimak dengan referensi Jakarta terus membesar dengan tingkat
pertumbuhan 0.013 menit/jam karena pada maghrib 14 September, ketebalannya akan
0.32 menit. Upaya merukyat hilal pada maghrib 13 September di tanah air, insya
Allah, akan merupakan tindakan sia-sia dan mubazir.
Namun
seperti analisis saya sebelum ini, untuk memverifikasi kehadiran hilal, umat
Islam harus berfikir dalam skala ruang angkasa (space scale). Daripada mengirim
puluhan perukyat ke pelosok tanah air yang hampir pasti gagal, verifikasilah kehadiran
hilal dengan mengirim hanya beberapa perukyat ke kota-kota Porto Alegre (Brazil
GMT-3), Santiago (Chile GMT-4), Lima (Peru GMT-5), dan Guatemala (Guatemala
GMT-6).
Extended Visibility
Maghrib di
Porto Alegre pada 13 September 2015 akan terjadi pada jam 18:16 waktu lokal. Sementara
Bulan akan tenggelam 27 menit kemudian sehingga ketinggian hilal saat maghrib
akan sekitar 5.8 derajat dan ketebalan hilal 0.08 menit. Dengan sudut elongasi yang
sekitar 5.45 derajat, hilal akan mudah dirukyat. Sementara itu, di detik yang
sama saat maghrib di Porto Alegre, di Jakarta (GMT+7) telah jam 4:16 menjelang
subuh tanggal 14 September 2015. Dengan pertumbuhan hilal yang 0.013 menit per
jam. Ketebalan hilal dengan referensi Jakarta berarti sudah sekitar 0.13 menit
atau sekitar 63% lebih besar daripada hilal di Porto Alegre. Jadi, kalau orang
mendefinisikan hilal di Poto Alegre, maka yang di Jakarta pun harus
didefinisikan hilal karena secara geometri jelas lebih besar meskipun tidak
tampak karena tertutup bola Bumi. Inilah esensi hadis “Summu lirukyatihi, faafthiru rirukyatihi. Fain ghumma ‘alaikum
faqdurulahu” (berpuasalah ketika melihatnya (hilal), dan berbukalah ketika
melihatnya, jika kalian terhalangi atasnya, maka hitunglah). Terhalang di sini
meliputi terhalang oleh awan, mendung, dan juga bola Bumi.
Pada
saat maghrib di Santiago jam 18:33 waktu lokal, hilal akan berada pada
ketinggian 6.3 derajat dan ketebalan 0.09 menit. Sudut elongasinya sekitar 6.26
derajat sehingga akan mudah dirukyat. Di detik yang sama, di Jakarta telah jam 5:33
pagi menjelang syuruq tanggal 14 September. Dengan demikian, dengan pertumbuhan
hilal 0.013 menit per jam, hilal akan memiliki ketebalan 0.143 menit (referensi
Jakarta). Memang hilal dengan referensi Jakarta tidak mungkin kelihatan karena
terhalang bola Bumi. Jadi, kalau di Santiago perukyat melihat hilal, maka hilal
yang sama juga ada dengan referensi Jakarta, bahkan dengan ketebalan yang
hampir 60% lebih besar.
Saat
maghrib di Lima jam 18:05 waktu lokal, hilal akan berada pada ketinggian 6.4
derajat dengan ketebalan 0.10 menit. Sudut elongasinya sekitar 6.31 derajat
sehingga akan dapat dengan mudah dirukyat jika tidak tertutup awan atau
mendung. Di detik yang sama, di Jakarta telah masuk tanggal 14 September jam
6:05 pagi. Dengan pertumbuhan ketebalan hilal 0.013 menit per jam, hilal dengan
referensi Jakarta telah memiliki ketebalan 0.156 menit meskipun tidak akan
tampak karena masih terhalang bola Bumi. Namun hilal di Jakarta adalah sekitar
58% lebih tebal daripada hilal yang tampak di Lima. Jadi, kalau di Lima
dinamakan hilal, maka pasti hilal yang sama lah yang ada di Jakarta meskipun
tidak kelihatan.
Selanjutnya,
saat maghrib di Guantemala jam 18:05 waktu lokal, hilal memiliki ketinggian 5.2
derajat dan ketebalan 0.12 menit. Sudut elongasinya 7.15 derajat sehingga akan
dapat dirukyat dengan mudah. Di detik yang sama, di Jakarta sudah jam 7:05 pagi
tanggal 14 September. Dengan demikian, hilal di Jakarta tidak terhalang lagi
oleh bola Bumi karena ia telah terbit Kembali di ufuk timur Jakarta sejak jam
6:16 WIB. Namun, meskipun hilal di Jakarta telah memiliki ketebalan 0.169 menit
(41% lebih tebal daripada hilal di Guatemala), hilal tetap tidak kelihatan
karena sinarnya kalah oleh sinar Matahari yang telah terbit mendahului Bulan,
pada jam 5:47. Maka, hilal yang dilihat perukyat di Guatemala, pasti juga
merupakan hilal yang sama yang ada di bola langit Jakarta meskipun tidak
kelihatan. Kamera untuk memotret hilal siang hari pasti juga dapat digunakan
untuk memverifikasi kehadiran hilal di langit Jakarta pada sepanjang siang hari
14 September ini.
Seperti
penjelasan saya sebelumnya (lihat http://cis-saksono.blogspot.com/2015/08/menggugat-kriteria-imkan-rukyat-lapan.html),
jika jarak antara Jakarta ke empat kota Porto Alegre, Santiago, Lima, dan
Guatemala kita skala menjadi hanya seperti jarak antara kedua mata kita yang
hanya 7cm, jarak Bumi ke Bulan hanya sekitar 3m. Sangat tidak masuk akal jika
kita melihat tulisan kata “hilal” pada kertas yang kita tempatkan 3m di depan
mata kita, namun kita menyangkal karena yang melihat hanya mata kiri, sementara
mata kanan kita sakit dan tertutup perban. Dari analisis extended visibility di
empat kota di benua Amerika di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanggal 14
September telah masuk 1 Dzulhijjah 1436, dan karenanya, Iedul Adha akan jatuh
pada tanggal 23 September 2015.
Pada
maghrib 13 September 2015 yang akan datang, Matahari akan tenggelam jam 17:54
waktu lokal Papeete. Saat itu hilal akan berada pada ketinggian 8.7 derajat
dengan sudut elongasi sekitar 8.7 derajat. Dengan demikian, persyaratan ECFR di
atas telah terpenuhi dan oleh karenanya 14 September akan masuk 1 Dzulhijjah,
dan Iedul Adha akan jatuh pada 23 September 2015. Negara-negara di Eropa yang
telah mengadopsi Kalender Islam Global ini meliputi Irlandia, Perancis, Jerman,
Itali, Luxembourg, dan Turki. Pusat ECFR sendiri adalah di kota Dublin di
Irlandia.
Sangat
menarik untuk melihat kondisi hilal di ibukota negara-negara yang mengadopsi
Kalender Islam Global ini. Di Dublin (Irlandia), pada maghrib 13 September 2015
yang akan datang, hilal sebetulnya akan masih di bawah ufuk dengan ketinggian
-0.1 derajat. Sementara itu, berturut-turut hilal akan memiliki ketinggian: +0.2
derajat di Paris (Perancis), -0.2 derajat di Berlin (Jerman), +0.7 derajat di
Roma (Itali), +0.1 derajat di Luxembourg, +0.5 derajat di Ankara (Turki). Tampak
dengan jelas bahwa rukyat di enam negara Eropa tersebut tidak mungkin dilakukan
karena ketinggian hilal hanya di bawah 1 derajat. Di Dublin dan di Berlin
bahkan posisi hilal masih di bawah ufuk ketika maghrib pada 13 September yang
akan datang. Dapat disimpulkan kenampakan hilal tidak lagi disyaratkan lokal,
tapi sudah merupakan extended visibility seperti yang dijelaskan di atas.
Kalender Wujudul Hilal Lokal
Ada
beberapa organisasi besar umat Muslim yang masih menganut wujudul hilal lokal di
dunia. Tiga di antaranya dijelaskan singkat di sini.
Pertama
adalah Umm al-Qura University (UQU) di Saudi Arabia yang telah menyusun
kalender Islam bahkan untuk beberapa tahun ke depan. Kriteria WH nya memiliki
referensi hitungan untuk kota Mekkah. Pada 13 September 2015 yang akan datang,
hilal di Mekkah akan memiliki ketinggian 1.5 derajat, ketebalan 0.03 menit, dan
sudut elongasi 3.5 derajat. Secara teoretis, akan sukar untuk merukyat hilal
dengan kondisi ini. Di zaman Rasul, di akhir Sya’ban dan Ramadan tercatat
ketinggian hilal yang hanya sekitar 1.7 derajat, dan Rasul lebih banyak
melaksanakan saum Ramadan 29 hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan hilal
dengan kisaran ketinggian di bawah 2 derajatpun ternyata dapat dirukyat di
zaman itu. Dalam situsnya, UQU telah menetapkan Iedul Adha 1436H akan jatuh
pada 23 September 2015 (lihat http://www.staff.science.uu.nl/~gent0113/islam/ummalqura_principal.htm).
Kalender Islam UQU ini telah resmi digunakan oleh Kerajaan Arab Saudi,
satu-satunya negara di dunia yang menggunakan Kalender Islam untuk keperluan
manajemen waktu negaranya. Namun, Mahkamah Agung Arab Saudi masih sering
menganulir Kalender UQU dengan menerima sumpah orang yang telah melihat hilal,
khususnya untuk akhir bulan-bulan Sya’ban, Ramadan dan Dzulqo’dah. Sumpah
kenampakan hilal yang sering salah (melihat benda lain yang dikira hilal), dan sering
menimbulkan kekacauan manakala ketinggian hilal berdasarkan hisab sebetulnya
berada pada posisi negatif (masih di bawah ufuk). Namun, karena pada 13
September nanti posisi hilal +1.5 derajat, insya Allah, tidak akan terjadi
kesalahan merukyat hilal.
Yang
kedua adalah Islamic Society of North America (ISNA), organisasi Muslim untuk
wilayah Amerika Serikat dan Kanada. The Fiqh Council of North America (FQNA)
sebagai badan fatwa ISNA telah menetapkan perhitungan hisabnya menggunakan
Mekah sebagai referensi. Memang keputusan ini (baca keputusan politik) agak
aneh karena menggunakan referensi kota Mekah yang justru terletak di sebelah
Timur benua Amerika. Dengan demikian, tidak akan terjadi perbedaan antara Kalender FQNA dan UQU, insya Allah. Dalam
situsnya, FQNA juga telah menetapkan bahwa 1 Dzulhijjah 1436H akan jatuh pada
14 September, dan karenanya, Iedul Adha 1436H akan jatuh pada 23 September 2015
(lihat http://moonsighting.com/calendars/2015fcna.html).
Organisasi
Muslim terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, yang memiliki sekitar 170 perguruan
tinggi, ribuan sekolah (SD sampai SMA), ratusan rumah sakit dan panti asuhan,
telah menetapkan Iedul Adha 1436H akan jatuh pada 23 September 2015. Keputusan
itu dikeluarkan berupa maklumat yang dikeluarkan pada 28 April 2015 oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM), berdasarkan Hasil Hisab Majelis Tarjih dan
Tajdid (MTT) PPM pada 6 April 2015. Perhitungannya adalah berdasarkan posisi lokal
kota Yogyakarta di mana MTT berdomisili.
Dengan kriteria
IR MABIMS 2-3-8 jelas hilal akan dianggap tidak mungkin dapat dilihat karena
bahkan di ujung paling Barat Indonesia pun (Banda Aceh), ketinggian hilal pada
maghrib 13 September 2015 nanti akan hanya sekitar +0.7 derajat juga. Biasanya,
Departemen Agama RI bahkan menetapkan jika ada laporan bersumpah bahwa perukyat
dapat melihat hilal pada maghrib 13 September pun, maka pengakuan itu biasanya akan
digugurkan karena dianggap tidak mungkin. Apalagi jika kriteria IR LAPAN yang
mempersyaratkan tinggi hilal minimum 4 derajat dan sudut elongasi minimum 6.4 derajat.
Dengan kriteria IR ini (MABIMS dan LAPAN), maka bulan Dzulqo’dah akan
digenapkan 30 hari (istikmal) sehingga 1 Dzulhijjah akan jatuh pada 15
September 2015. Konsekuensinya, Iedul Adha 1436H akan jatuh pada 24 September.
Jelaslah
bahwa kriteria imkan-rukyat baik MABIMS apalagi LAPAN, sebetulnya tidak sesuai
dengan kaidah saintifik yang standar dan adil. Umat Islam di belahan Bumi di
sebelah Barat akan harus menunggu sekitar 24 jam, meskipun hilal di wilayah itu
sudah sangat besar, karena kebersamaan itu dilakukan justru dengan menarik ke arah
extrim Timur. Dengan kata lain, umat Islam di sebelah Barat harus mengundurkan
awal Dzulhijjah-nya meskipun secara astronomis seharusnya sudah tanggal 2
Dzulhijjah. Ini jelas tidak cocok dengan kecenderungan dunia Muslim dunia yang
justru menghendaki Kalender Islam Global yang menarik ke arah extrim Barat.
1 comments:
untuk prof Tono Saksono pada umumnya semua orang telah menyadari bahwa bumi ini bulat seperti bola , sebagai alat hitung (hisab) dari revolusi bulan mengelilingi bumi yang terdiri dari face-face yang posisinya seperti lingkaran.
dalam rentang waktu 24 jam posisi bulan itu bergeser / tertinggal oleh posisi matahari 12,2 derajat. tentu kalau semua di permukaan bumi ini di lakukan pengamatan posisi bulan tentu hasilnya berbeda-beda pula.(sipatnya lokal)
sebaiknya tinggalkan hisab lokal dan pakai hisab global, yaitu posisi pengamatan (posisi bulan) di lakukan di garis batas perubahan hari dan tanggal yang tetap (di IDL)
Pada hari Ahad 1 zulkaedah 1436 H = 16 Agustus 2015 M.
dengan demikian maka hari Ahad 13 september 2015 M = 29 Zulkaedah 1436 H .
pada hari Ahad 29 zulkaedah 1436 H di lakukan pengamatan posisi bulan di IDL saat terbenamnya matahari (magrib) dengan stelarium , maka terlihat posisi bulan di saat itu masih mendahului posisi matahari.
maka jumlah hari di bulan zulkaedah menjadi 30 hari.
dan oleh sebab itu 1 zulhijah 1436 H jatuh pada hari selasa tgl 15 september 2015 M.
untuk pelaksanaan ukuf di padang arafah (9 zulhijah) jatuh pada hari RABU tgl 23 september 2015 M.
dalam hal waktu pelaksanaan ibadah, bermula dari mekah (padang arafah) berikut ke arah baratnya sampai ke wilayah sebelum mekah (dalam rentang waktu 24 jam).
dengan kesimpulan waktu pelaksanaan ibadah solat aidil adha (10 zulhijah) untuk wilayah mekah yang sewaktu dengannya berikut ke arah baratnya sampai ke IDL jatuh pada hari KAMIS tgl 24 september 2015 M.
dan untuk wilayah mulai dari IDL berikut ke arah baratnya sampai ke sebelum mekah pengamalan solat aidil adha 1436 H jatuh pada hari jum'at tgl 25 september 2015 M.
Post a Comment