Sekali lagi, masyarakat Indonesia heboh dengan isu yang entah mengapa dilontarkan seolah-olah Malaysia telah membajak kebudayaan Indonesia . Saya takut, jangan-jangan memang ada sebuah invisible hand yang memang selalu ingin membuat dua bangsa serumpun ini selalu berselisih. Padahal betapa indahnya bila dunia ini aman dan damai. Seorang teman mengirimkan email tentang bagaimana isu-isu tentang lagu Rasa Sayang, reyog Ponorogo, tari Pendet, dan sebagainya di Malaysia . Tulisan ini bermaksud mengulas dari kacamata dan persepektif berbeda dari saya sebagai orang Indonesia yang saat ini bekerja di Malaysia .
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Popular Posts
-
Global Fajr: It occurs when the sun is at its depression angle of -13 degrees. It is the first official video published as a colla...
-
Banyak sekali yang mengirim pesan melalui messenger maupun whatsapp , menanyakan tentang jadwal sholat tahun 2020 dengan sun depres...
-
Jika wabah dahsyat yang melanda dunia pada abad ke-14 kita jadikan sebagai benchmark, maka wabah Covid19 merupakan siklus 600-tahunan y...
-
Meskipun ISRN telah menyatakan menghentikan pengambilan data fajar di Indonesia, beberapa keadaan telah memaksa pengambilan data sub...
-
Enable Ginger Cannot connect to Ginger Check your internet connection or reload the browser Disable in this text field Edit Edit in G...
-
Enable Ginger Cannot connect to Ginger Check your internet connection or reload the browser Disable in this text field Edit Edit in Ginger...
-
Video ini sekali lagi membuktikan bahwa fajar belum muncul saat nautical dawn (-18 derajat) di Labuanbajo pada 24 April 2018 lalu. Den...
-
Pada 3 Februari 2020 lalu, Bapak Ahmad Rizal mengirim pesan WA melalui WAG Jakarta Islamic Center . Intinya, beliau ingin merekam kena...
-
Alhamdulillah, buku kami yang berjudul: Premature Dawn: The Global Twilight Pattern akhirnya terbit juga pada 9 Februari 2021 lalu. Berarti...
-
Lockdown selama pandemik Covid-19 telah memberikan kesempatan pada ISRN untuk melakukan inovasi penggunaan drone untuk penelitian fajar. Mun...

3 comments:
Kalo diperkenankan - saya mo turut nimbrung berkomentar, pak Tono. Ada sedikit hal yang saya kurang sepakat dengan tulisan Bapak di atas. Memang benar n kita layak bangga, kalo ada warga Indonesia yang tetep melestarikan kebudayaan Indonesia di negeri orang.
Tapi, yang menjadi akar keributan adalah iklan tersebut. Iklan tersebut adalah media promosi yang sengaja dibikin oleh Pemerintah Malaysia thd aset-aset pariwisata yang dimilikinya, agar dikenal masyarakat dunia. Dalam etika advertizing / promosi, Malaysia melupakan satu hal, hak kepemilikan. Pesan iklan yang memunculkan wayang dan tari pendet di iklan tersebut, bahwa Malaysia pun memiliki aset pariwisata yang unik dan bagus, salah satunya wayang n tari pendet. Pesan itulah, yang tidak terbaca oleh pemerintah Malaysia - kalo pesan itu tidak pada tempatnya.
Kemudian, kalo ingin mempublikasikan aset yang bukan miliknya, Malaysia harus mencantumkan "Courtesy of Indonesia", di setiap scene yang memunculkan wayang n tari pendet. Ini sudah menjadi etika advertizing/promosi yang tak boleh dilanggar. Bahkan untuk selembar foto pun, kalo itu bukan miliknya - sangat disarankan untuk mencantumkan 'si empunya'. Ketidakpedulian Malaysia thd etika ini, yang menunjukkan keangkuhan n egoisme Malaysia, n membuat marah masyarakat Indonesia. Termasuk saya.
Sekian pak.. maaf kalo sebelumnya.
Salam hangat dari Indonesia,
Elmoudy.
Ada misunderstanding yg ditulis dlm url brikut: http://thejakartaglobe.com/home/malaysian-dance-outrage-ends-up-as-a-mis-step/325729
Jadi menurut saya, bicarakan baik2, enggak sedikit2 marah.
Waah mBok ga usah memperdebatkan yang begituan,....Stay Tune dengan aktivitas kita sehari-hari, galang keakraban diantara kita,...bulan puasa bersihkan hati dan pikiran,...he..hee...heeeee.
"Dengan musik tak terbatas........"
Post a Comment